Sambil Menyelam Minum Air, Ayo Coba Modul Interaktif Anak “Sampahku, Tanggungjawabku”

Beberapa teman dan tetangga saya sempat berbagi cerita tentang pengalaman mendampingi anak-anak mereka belajar di rumah.

Sebagian mengeluhkan jaringan internet yang nggak stabil, sebagian lain mengeluhkan keprihatinan mereka terkait kurangnya gerak fisik, dan kegiatan di luar rumah yang dulu menjadi penghilang rasa bosan anak-anak, ada lagi yang beralih ke home schooling dengan biaya terjangkau — “ternyata kurikulumnya kaku”, bahan latihannya sama sekali tidak memberikan ruang pengembangan berpikir kritis anak. Ini cerita nyata, yang sebagian masih mereka alami.

Nah, ada Danone-AQUA yang sudah sejak beberapa tahun ini memiliki komitmen serius dalam turut berbagi kebaikan kepada masyarakat, walaupun sebagai korporat namun tidak semata mencari profit bagi pihaknya sendiri.

Danone-AQUA berkolaborasi dengan wadah edukasi digital @Sekolah.mu, baru saja meluncurkan program belajar digital “Sampahku, Tanggungjawabku” bagi siswa usia PAUD dan SD.

Ini adalah wujud komitmen berkelanjutan Danone-AQUA dalam mendukung pendidikan, bersama @Sekolah.mu

Dari sini kita sadari bahwa masa pandemi bukan selalu berarti kemandegan, bahkan kemunduran. Masa pandemi mau tidak mau memunculkan inovasi, dan ini memang harus dilakukan, juga dalam hal edukasi digital untuk anak-anak usia 5-9 tahun (PAUD – SD kelas 6).

Maka program ini diberikan dalam bentuk modul, yang bisa diakses GRATIS oleh siswa, orang tua dan pendidik terkait.
Program ini adalah kelanjutan dari inisiatif Danone-AQUA sebelumnya, yaitu “Bijak Berplastik”.
.
Tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya tanggung jawab terhadap lingkungan. Bagaimana memberikan pemahaman untuk membentuk kesadaran terhadap lingkungan kepada anak sejak usia dini.

Dalam hal ini Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Dikdasmen Kemendikbud RI, Jumeri meyakini edukasi aktivitas pengelolaan sampah bisa ditanamkan pada anak-anak melalui platform digital.

“Saya punya keyakinan aktivitas pengolahan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) bisa ditanamkan pada anak meskipun tidak bisa bertemu, tetapi bisa platform digital atau e-learning yang kita siapkan,” kata dia dalam konferensi pers virtual pada hari Kamis lalu (06/05/2021).

Walau begitu, Jumeri mengakui pembelajaran daring masih terkendala terbatasnya jaringan internet dan listrik. Untuk mengatasi ini, salah satu yang bisa dilakukan yakni penyediaan modul dalam bentuk cetak atau buku.

“Model-model pengembangan seperti yang dilakukan Sekolah.mu bisa diviralkan, supaya menjadi gerakan nasional. Kami akan melakukan kurasi terhadap praktik-praktik baik semacam Sekolah.mu untuk kita masukkan dalam perangkat yang bisa kita berikan pada sekolah yang terkendala (internet), sekolah bisa mencetak dalam bentuk buku, tidak harus dibuka melalui jejaring internet,” ungkap Jumeri.

Alasan sekolah.mu berkolaborasi dengan Danone-AQUA

Pendidik sekaligus pendiri Sekolah.mu — Najelaa Shihab mengatakan bahwa Sekolah.mu memiliki visi yang sejalan dengan Danone-AQUA, khususnya terkait kepedulian terhadap lingkungan. Selain itu program ini memberikan pemahaman kepada anak tentang lingkungan. Dengan begitu diharapkan munculnya keinginan anak untuk menjaga dan melakukan aksi pada lingkungan. Ini menjadi bagian dari kecerdasan yang dibutuhkan anak pada masa sekarang dan masa depan.

Menurut Najeela, hal ini juga menjadi bagian dari kompetensi yang perlu untuk ditumbuhkan pada anak sejak dini.

“Kami percaya pemahaman tentang lingkungan, keinginan menjaga, melakukan aksi pada lingkungan itu bagian kecerdasan yang dibutuhkan anak di masa sekarang dan masa depan, bagian dari kompetensi yang memang perlu kita tumbuhkan,” kata Najeela.

Brand Director Danone-AQUA, Intan Ayu Kartika mengatakan bahwa modul pembelajaran “Sampahku, Tanggungjawabku” merupakan wujud komitmen AQUA dalam mengatasi masalah lingkungan dan sampah di Indonesia. Modul itu  adalah kelanjutan dari  gerakan Bijak Berplastik terkait pilar edukasi.

“Kami berharap melalui modul digital ini semakin banyak anak Indonesia yang mendapat edukasi tentang sampah dan pengelolaannya. Melalui modul ini kami ingin membangun kebiasaan bahwa sampah adalah tanggung jawab kita sendiri,” kata Intan Ayu Kartika. Tak lupa Intan menegaskan bahwa modul “Sampahku, Tanggungjawabku” dapat diakses secara gratis di platform Sekolah.mu

Modul Sampahku Tanggungjawabku ini sebetulnya telah dirilis pada 2019 namun dalam bentuk buku bacaan. Karena kemudian ada pandemi Covid-19, maka AQUA mengubah medium belajar dari yang tadinya berbentuk buku cetak menjadi materi digital.

Modul “Sampahku, Tanggung Jawabku” seperti apa?
Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengungkapkan pentingnya bagaimana bisa memberikan pemahaman benar pada anak soal isu sampah, agar mereka mau mengelola sampahnya demi terwujudnya Indonesia lebih bersih.

Menurut Ratih Anggraeni isi program belajar ini menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran –mulai dari penjelasan sampah itu apa, jenis-jenis sampah apa saja, apa dampaknya bila sampah dibuang sembarangan. Lalu setelah anak-anak memahami itu, barulah mereka diajak melakukan beragam aksi sebagai pembelajaran praktik, dan akhirnya mereka dipandu agar bisa memilah sampah.

Bentuk-bentuk kegiatan pembelajaran interaktif yang disediakan di dalam platform itu misalnya, tebak gambar, menyanyi bersama, memberi kesempatan anak-anak berpetualang di sekitar rumah, lalu menceritakan prosesnya hingga panel diskusi untuk berbagi inspirasi di antara sesama pengguna (anak-anak, orang tua, dan pendidik).

Menurut saya yang sudah mengulik kedua modul interaktif anak yang ada, program pendidikan lingkungan anak yang bermanfaat ini wajib dicoba.
Ayo kita mulai berkenalan dengan modulnya, dan cari tahu lebih banyak dari link yang ada di bio Instagram sehataqua,
aqualestari, sekolah.mu
atau laman berikut ini:

https://www.sekolah.mu/program/sampahku-tanggung-jawabku-paud

https://www.sekolah.mu/program/sampahku-tanggung-jawabku-sd

Nah tunggu apa lagi, inilah saatnya kita mengajak siapa saja yang memiliki anak-anak di usia 5-7 tahun (siswa PAUD dan SD kelas 1-3), dan anak-anak usia 8-10 tahun (siswa SD kls.4 sampai 6). Materi modul interaktif anak ini sungguh kreatif dan menarik, lho.

Sumber ilustrasi dan referensi

instagram @sehataqua

Leave a comment