Komik Macan Putih: Bacaan Segala Umur (bagian #3 – Selesai)

Beda Komik Macan Putih dengan komik lainnya antara lain: setting jelas yg akrab dengan masyarakat Indonesia, waktunya, lokasinya,dan kisah sehari-harinya (lokal). Tetap menjaga nilai-nilai sebagai orang Indonesia, meskipun tampilan disesuaikan dengan situasi terkini, alih-alih setting seperti zaman dulu ketika orang masih pakai kebaya.

Konten lokal sudah dilirik oleh penerbit-penerbit spesialis komik dari luar. Bagaimana kalau itu terjadi? Tantangan terberatnya apa? Jepang dan Negara lain yg produksinya sudah besar, banyak sekali sequel-nya. Ada yang terbit bulanan, ada cerita dari satu superhero yang sama – – hal inilah yang menjadi tantangan.

Pencipta lain sebaiknya bergabung dalam proyek ini, agar Indonesia komik menjadi benar-benar besar. Namun, menurut Donny itu bagus saja kalau penerbit luar mengangkat konten Indonesia. Hanya saja menurutnya, Indonesia sebaiknya tidak meniru komik yang ada di Amerika, jepang, atau Negara lain yang popular dengan hal itu. Ada identitas Indonesia yang bisa ditonjolkan.

Sebelum acara tanya-jawab, Donny mendemonstrasikan sketsa dan coretannya membuat gambar yang “mirip” dengan yang sudah diterbitkan. Dia menjelaskan tentang konsep desain Macan Putih. Yang tampak seperti “kulit Macan Putih” itu sebenarnya adalah entitas yang hidup, bukan kostum semata. Dari gelang yang dikenakan, lalu mengunci dan menyatulah kekuatan Macan Putih dengan manusia yang di”masukinya”. Dan ini melindungi host-nya. Karena Kinan baru mendapat kekuatannya, maka ia belum bisa tahu banyak tentang kegunaan optimal kekuatan Macan Putih.

Ada Kompasianer bertanya apakah komik ini nantinya akan dilengkapi dengan penciptaan gimmick. Ini tidak tertutup kemungkinannya untuk bisa berkolaborasi. Saat ini, Quality Controlmasih ditangani oleh Donny dan Irfan.

Penulis mengakui bahwa awal komiknya ini, tentu masih ada kekurangan. Karenanya, ia akan menyambut baik adanya saran dan masukan dari banyak pihak, dan ini demi penyempurnaan seri super hero berikutnya, dan pencapaian visi misi pengadaan komik ini. Penulis merasa bahwa penerbit sangat menysukuri dukungan Gramedia Pustaka Utama yang menyambut tujuan memajukan komik Indonesia.

Mengamati Model Sebelum Menggambar (Foto: Indria Salim)
Mengamati Model Sebelum Menggambar (Foto: Indria Salim)

Ikhwal Judul Komik

Judul komik seri super hero yang pertama adalah Macan Putih,karena menurut Irfan, itu ide awal yang tersedia, selain juga menjadi ide judul yang paling pas, dan akrab di telinga orang Indonesia. Namun, sangat mungkin kalau pada seri yang lain, judulnya adalah nama orang., seperti komik yang sudah dikenal sebelumnya di masa silam, misalnya Gundala Sang Putra Petir.

Royalti Buku

Dalam hal perhitungan royaly, prinsipnya adalah “kekeluargaan”. Hal-hal menyangkut tim ilustrasi ada dalam koordinasi Donny, dan ini termasuk artis yang menggarap sampul depan: Keiko.

Pengenalan Komik Macan Putih dan wahana “fans club“.

Dalam hal ini Irfan dan Donny menekankan bahwa prinsipnya semua disambut baik, asalkan calon mitra punya visi misi mengangkat Komik dan nilai luhur keIndonesiaan. Sebenarnya, soal profit itu akan mengikuti seiring dengan perkembangan bisnis.

Setelah acara Tanya Jawab, Kang Pepih Nugraha diusulkan menjadi super hero terpilih saat itu, untuk dibuat gambar komiknya. Maka terjadilah dialog lucu tentang gambaran Kang Pepih dalam komik. Terciptalah “Mas Pep”, nama komik usulan Irfan. Mas Pep, yang bersayap dan berwajah seperti model aslinya ini, menurut Irfan bisa terbang dan melihat tembus pandang. Bagus juga!

Model dan gambar komiknya (Foto: Indria Salim)
Model dan gambar komiknya (Foto: Indria Salim)

Segmentasi Pasar Komik Macan PutihDari sisi cerita, Komik Macan Putih ditulis dengan pemilihan kata-kata yang hati-hati. Ini dimaksudkan agar pembaca dari segala usia bisa menikmatinya. Meski begitu, jika dilihat dari segi tingkat konflik dalam ceritanya, mungkin komik ini lebih bisa dipahami oleh pembaca dengan usia minimal setingkat siswa SMP. Secara umum, bisa saja pembaca yang lebih muda tertarik dengan buku ini, dan itu baik-baik saja.  Dari sisi gambar, Donny mengatakan bahwa adegan perkelahian dibuat sedemikian rupa hingga tetap bisa diterima dan sesuai buat pembaca berusia lebih muda.

Sebelum semua bubaran, sebagian Kompasianer menyerbu kasir untuk membeli buku komik keren ini, karena ada kesempatan untuk minta tanda tangan Irfan dan Donny.

Akhirnya, saya merasa mendapatkan manfaat dari acara langka ini, sebuah acara bedah buku yang dihadiri oleh peminat dan Kompasianer yang antusias dengan nara sumber dan moderator yang meriah renyah.

Keesokan harinya (Selasa, 15/4) saya dan rekan Kompasianer (Yunika Umar) mendapat kabar terpilih sebagai penerima hadiah untuk live tweet contest Komik Macan Putih.

Penulis secara khusus berharap bahwa terbitnya Komik Macan Putih: seluruh usia bisa menikmatinya.

Mas Nurul menutup pertemuan bermanfaat ini dengan menyampaikan harapan agar virus kecintaan terhadap Komik Indonesia akan menyebar dan berkembang subur kembali.

*) Postingan ini sebagai arsip artikel Penulis, yang sebelumnya diunggah di blog Kompasiana — di SINI.

@IndriaSalim

Komik Macan Putih: Bacaan Segala Umur (Bagian #1)

Komik Seri Super Hero Macan Putih
Komik Seri Super Hero Macan Putih

Undangan menghadiri acara bedah buku komik berjudul Macan Putih “Yang Terpilih” dari Kompasiana & Gramedia Pustaka Utama (GPU) menarik minat saya untuk menghadirinya. Ini khususnya karena saya kebetulan sedang memotivasi anak-anak di rumah (mereka masing-masing berusia 11 tahun dan 9 tahun) agar bisa membuat konsep komik yang lebih serius. Mereka  saya amati suka corat-coret bikin komik khas  ide anak-anak.

Menggambar komik (Foto: Indria Salim)
Menggambar komik (Foto: Indria Salim) 

Saya makin penasaran ketika sebelum ada acara bedah buku komik berjudul Macan Putih, “Yang Terpilih” ini, saya mendapat kiriman buku komik lokal untuk anak-anak. Saya ingin tahu proses kreatif penerbitan komik.
Maka saya hadir dalam acara Bedah Buku Komik ini, khususnya karena Komik Seri Super Hero Macan Putih merupakan hasil kolaborasi antara penulis (Irfan Ihsan),  illustrator (Donny Gandakusuma) , pewarna/ colorist (Novita Tesalonika), dan editor (Mirna Yulistianti, GPU). Untuk pewarna khusus cover adalah Keiko Takahashi.
Saya berpikir, “Ini kesempatan pertama saya mendapatkan pengetahuan baru tentang Komik, yang judulnya ‘misterius’, dan diselenggarakan oleh Kompasiana pula!”

Ki-ka: Donny Gandakusuma, Irfan Ihsan, Nurul (Foto: Indria Salim)
Ki-ka: Donny Gandakusuma, Irfan Ihsan, Nurul (Foto: Indria Salim)

Menarik untuk dicatat, Irfan sang Penulis bertemu dengan Donny untuk pertama kalinya baru pada saat peluncuran buku mereka, yang berlangsung 4 April yang lalu. Memang, proses penerbitan ini dilakukan melalui hubungan antar 4 tempat yang tidak saja berbeda kota, namun juga lintas benua. Irfan ada di Washington D.C. — Amerika Serikat, Donny di Surabaya, Novita di Bandung, dan Mirna di Jakarta. Sebuah kolaborasi sukses yang layak mendapat acungan jempol.

Sungguh beruntung bahwa sebelum acara dimulai, saya berkesempatan ngobrol dengan Irfan Ihsan dan Donny Gandakusuma. Saya terkesan sekali saat Irfan mengatakan bahwa penerbitan Komik Macan Putih itu baru awal dari sebuah tujuan yang lebih besar dari sekadar menerbitkan satu seri komik. Penerbitan komik ini dimaksudkan menjadi suatu bagian dari gerakan untuk membangkitkan kecintaan pembaca kepada komik Indonesia.

Bedah buku dipandu oleh Admin Kompasiana, Mas Nurulloh, yang di awal sapaannya mengatakan adanya kemungkinan akan ada peserta yang bisa digambar oleh illustrator Komik Macan Putih, Donny Gandakusuma. (Bersambung)

*) Postingan ini sebagai arsip artikel Penulis, yang sebelumnya diunggah di blog Kompasiana — di SINI.