[Resensi Buku] I’m (Not) Perfect

[Resensi Buku] I’m (Not) Perfect

OPINI | 01 October 2013 | 08:56 Dibaca: 283   Komentar: 6   5

Judul       :       I’m (Not) Perfect — Walaupun Tidak Sempurna, Perempuan Tetap Bisa Bahagia

Penulis    :       Dian Kristiani
Genre      :       Non-Fiksi/ Inspirasional, 2013

Penerbit   :     PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman  :      153 halaman

Harga  :           Rp 38.000,-

Peresensi:      Indria Salim

“Hormatilah suamimu, meski penghasilanmu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dia.” ―(Hal. 125)

Kalimat di atas saya kutip dari buku berjudul I’m (Not) Perfectkarangan Dian Kristiani. Saya kadang mendengar ada ibu-ibu terang-terangan membanggakan penghasilannya yang jauh lebih tinggi dari suaminya, dan karenanya ibu itu menjadi seorang pencari nafkah utama meskipun suaminya tampak baik-baik saja. Bagaimana dengan perasaan suaminya kalau ia tahu bahwa peran dan posisinya dalam rumah tangga terpaparkan melalui warta berita istrinya? Dalam bab yang berjudul “Penghasilanku Lebih Tinggi” (hal 125 – 129), saya terharu membaca solusi konflik rumah tangga karena masalah penghasilan sebuah keluarga.

Baiklah, kutipan berikut ini mungkin akan membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa dalam kehidupan, ada hal-hal yang di luar kendali diri kita, sedihnya lagi mungkin kita juga harus menerima dan menghadapi situasi yang tidak kita inginkan sama sekali. Berpijak pada pemikiran itu, maka kita akan tahu alasan mengapa ungkapan berikut ini saya angkat di sini.

“Maafkan aku, teman-temanku. Maafkan aku, untuk semua perempuan di luar sana, yang menyandang predikat single karena perceraian, atau kematian. Kita sama-sama perempuan. Kita punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Takdirlah yang membawa kalian menyandang predikat tersebut. Kita tak pernah tahu takdir kita. Hari ini kita melancarkan black campaign terhadap para janda. Esok hari, kita pun bisa menjadi janda.” – Judul bab: Masih Gadis atau Sudah Janda? (Hal. 94)
****
Ibu kehilangan ayah saya sejak beliau berusia 45 tahun. Saya dan adik-adik saya menjadi anak yatim saat adik bungsu saya berusia 3 tahun, sementara kami adalah sembilan bersaudara. Lantas tentu sungguh sulit bagi ibu saya melanjutkan kehidupannya sebagai seorang guru SD yang berperan ganda sebagai orang tua tunggal yang harus membesarkan kami bersembilan. Di luar masalah ekonomi, ada tantangan psikologis yang harus dihadapi karena adanya kecurigaan sana sini dari tetangga, dan beberapa teman dan kenalan yang menjadi bagian dari komunitas sosial kami waktu itu. Nah, semua pernak pernik kerikil perjalanan hidup ibu saya terwakili di buku ini.

Perempuan memiliki peran yang berbeda satu sama lain, entah itu dilihat dari status sosialnya, perspektif pemikiran dan nilai-nilai kehidupannya, juga dalam keberadaannya di tengah-tengah masyarakat dengan tolok ukur dan norma berbeda: kebudayaan tertentu, latar belakang sosial, ekonomi dan kehidupan spiritual dan sebagainya.
Perempuan yang demikian itu bisa saja sebagai seorang anak, ibu, nenek, istri, profesional, teman, atau mahasiswa. Dalam status perkawinan, ia bisa saja disebut seorang perempuan lajang, menikah, janda, sahabat atau pacar.
****
Perempuan itu unik dalam sifat, penampilan lahiriah, dan peran masing-masing individunya. Namun, wanita punya keterhubungan bersama. Hal yang mengikat perempuan adalah persamaan dalam hal pengalaman hidup tertentu, dalam hal mencintai dan mempelajari kehidupan, dalam merasakan kelembutan cinta, menempa persahabatan seumur hidup mereka, mengejar karier yang dipilih, melahirkan kehidupan baru, dan dalam memikul tanggung jawabnya sebagai seoang profesional, pekerja atau pun anggota keluarga.

Kumpulan 28 Kisah Nyata (foto: album Dian Kristiani)
Kumpulan 28 Kisah Nyata (foto: album Dian Kristiani)

I’m (NOT_ Perfect, sebuah kumpulan cerita pendek yang berhasil membuat saya penasaran saat kebetulan melihatnya terpajang di rak buku “Pengembangan Diri” di toko buku Gramedia terdekat. Pertama saya membuka halaman daftar isinya, ada dua-puluh delapan judul yang menurut saya menarik sekali. Membaca halaman pertamanya membuat saya langsung memutuskan membeli buku itu.

Buku ini menyajikan kisah-kisah keseharian hasil “rekaman berbagai curahan hati Penulis sebagai ibu, istri, anggota masyarakat, dan makhluk Tuhan.” Yang saya suka tentang buku ini antara lain karena bahasanya yang lancar, mengalir, dan akrab dengan pembaca. Pengungkapan ceritanya bernada penuh humor, apa adanya dan seperti mengajak pembaca seakan sedang berhadapan langsung dengan penulisnya. Kekuatan buku ini antara lain juga pada kemampuan penulis mengorganisasikan gagasannya dengan gamblang, lugas, runtut dan jernih, tanpa mengurangi kerapian tata tulis bahasanya.
****
Kisahnya bisa dikelompokkan dalam topik perempuan jomblo, ibu rumah tangga, pekerja atau karyawan, ibu atau orang tua, seorang isteri, seorang makhluk spiritual, atau seorang ibu mertua, dan semua itu tergambarkan dalam dengan kegiatan-kegiatan yang “biasa”.
Ini kisah nyata yang bisa kita alami atau saksikan di lingkungan tetangga, tempat kerja, kantor, atau pun komunitas kita. Sebagian besar adalah persoalan itu-itu saja, antara lain misalnya tentang orang belum punya anak, orang belum menikah, menjadi janda, ibu menyusui, perempuan menjadi gemuk, kurus atau langsing, perempuan pekerja malam dan lain-lainnya.

Mungkin ini potret perempuan dalam kehidupan yang cenderung menerapkan standar ganda dalam hal nilai dan moralitas masyarakatnya.
Boleh dikatakan cakupan topiknya klise, karena mungkin Anda pun tidak jarang mendengar pembicaraan atau pemikiran tentang kisah dalam buku ini. Itu pandangan saya kalau harus menemukan “kelemahan” buku ini. Namun bukan benar-benar kelemahan namanya, kalau di tangan penulis kelahiran Semarang ini “topik dan materi klise” berhasil diolah dan disajikan menjadi bacaan ringan yang faktual dan inspiratif.
****
Banyak orang punya pengalaman atau gagasan sama tentang satu atau banyak hal, tapi untuk menjadikannya sebagai sebuah karya dari pengamatan tersebut, yang bisa dinikmati dengan asyik, menyentuh kehidupan orang banyak — nah ini keahlian Penulis yang terbukti menghasilkan bacaan renyah tapi cukup serius pesannya. Pantas saja kalau Dian Kristiani adalah seorang penulis produktif yang buku-bukunya sudah diterbitkan oleh penerbit besar di Indonesia.
Buku ini membuka mata hati kita terhadap pentingnya menghargai diri sendiri dan orang lain (baca: perempuan), karena semua punya alasan dan hak menjadi diri sendiri. Memahami orang lain dengan lebih baik dalam berbagai situasinya akan membuat kita merasakan kehangatan di hati, menyemangati diri untuk bisa melakukan apa saja, mengatasi hambatan dan tantangan dalam perjalanan kehidupan yang tidak selalu mulus.

I’m (NOT) Perfect adalah bacaan segar dan paling menarik yang saya baca akhir-akhir ini. Kesan pertama saya saat melihatnya di toko buku terbukti sudah. Saya menikmati membaca buku ini. Bagi saya, ada hikmah yang bisa kita petik dari membaca buku ini – Kita perlu “PeDe” menjadi diri sendiri, tapi sekaligus bijak untuk tidak sembarangan menghakimi orang lain karena perbedaan pandangan dan cara hidupnya.

Bagaimanapun, kadang-kadang sungguh melelahkan jiwa-raga dan mental menghadapi kenyinyiran yang diarahkan pada kita dari orang-orang yang kita jumpai. Ibaratnya, apa yang kita lakukan bisa serba salah. Nah, buku ini menyarankan bahwa selama orang tdak melanggar norma hukum, agama atau moralitas kemanusiaan dalam arti luas, maka tentu kita bebas menjalani hidup penuh kebahagiaan.
****
Tampilan fisik buku ini apik. Saya suka dengan warna kertas, pilihan dan ukuran font, dan layout-nya (tata letak). Hanya saja saya kurang menyukai warna covernya yang terkesan “kurang WOW”. Menurut saya entah kenapa perpaduan komposisi warna dasar cover, ilustrasi dan warna yang dipakai dalam teks judul terkesan kurang keren atau solid. Mungkin ini masalah selera saya saja.
****
Akhirnya, saya bisa mengatakan kalau I’m (NOT) Perfect mengingatkan saya pada buku seri terkenal “Chicken Soup for the Soul” kompilasi pengarang terkenal Jack Canfield. Maka saya sangat merekomendasikan buku ini buat Anda, khususnya para perempuan — yang membutuhkan inspirasi, hiburan segar namun cerdas, dan menyentuh kedalaman jiwa & emosi kita. Buku ini tidak terlalu tebal, tapi cukup membuat saya tertawa, tercekat, merenung, dan tercerahkan – ini sesungguhnya mengungkapkan hal serius dan nyata. | @IndriaSalim

*) Postingan ini sebagai arsip artikel Penulis, yang sebelumnya diunggah di blog Kompasiana — di SINI.

Leave a comment