Si Kecil Mengalami Alergi Susu Sapi,  Ini Penjelasan dan Saran Dokter Spesialis Agar Mencegah Anak Terhindar dari Risiko Stunting

Orang tua mana yang tidak menginginkan buah hati kesayangan bisa tumbuh dan berkembang normal seiring dengan bertambahnya usia sejak Si Kecil lahir ke dunia?

Para dokter ahli anak mengatakan bahwa seribu hari pertama sejak kelahiran itu adalah masa emas, namun krusial. Selama masa ini, pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil tidak luput dari kemungkinan hambatan, yang kalau tidak segera diatasi akan berpengaruh pada kesehatan jangka panjang.

Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian alergi susu sapi sekitar 2-7,5%, dengan kasus tertinggi terjadi pada usia
awal kehidupan.

Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka kejadian alergi susu sapi sekitar 2 persen hingga 7,5 persen. Biasanya tertinggi terjadi pada usia 1000 hari awal kehidupan.

Sementara itu Menurut Kementerian Kesehatan, dari hasil Survei Status Gizi Indonesia bahwa prevalensi stunting di Indonesia sekitar 21,6% pada tahun 2022.

Sebuah Studi menemukan bahwa prevalensi stunting pada anak dengan alergi makanan adalah 9%, bahkan ditemukan mencapai 24% pada kelompok anak yang didiagnosis dengan alergi protein susu sapi.

Menurut Dr. dr. Zahrah Hikmah, SpA(K) – Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi alergi susu sapi terjadi ketika sistem imun tubuh salah mengartikan protein susu sapi sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh.

Gejala yang timbul pada anak dengan alergi susu sapi

“Gejala alergi susu sapi yang dialami Si Kecil itu bisa tampak ringan, dan sebagian juga merasakan gejala yang berat, antara lain gejala pada saluran pencernaan, sistem pernapasan dan kulit,” ungkao Dr.dr. Zahrah.

Di sinilah orang tua perlu memahami bahwa ketidakcukupan asupan nutrisi pada anak alergi susu sapi berpotensi meningkatkan risiko stunting pada anak.

Jika anak dengan alergi susu sapi tidak diatasi dengan baik, maka akan terjadi gejala yang berkepanjangan. Yang jadi masalah itu, diet eliminasi yang tidak tepat tanpa penggantian yang memadai dapat menyebabkan anak berpotensi stunting.

Anak dengan alergi susu sapi akan kekurangan kalsium dan nutrisi lain yang sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak. Munculnya dampak jangka panjang yang berpotensi stunting pada anak tentu harus menjadi perhatian. Hingga saat ini stunting merupakan suatu permasalahan yang belum bisa diselesaikan di Indonesia.

Adanya hubungan alergi susu sapi dengan tumbuh kembang anak yang memicu stunting, tentu harus menjadi perhatian berbagai pihak, yaitu dimulai dari orang tua atau keluarga, pemerintah, dan kalangan medis dan kesehatan.

Berkonsultasilah lebih dulu pada ahlinya

Orang tua memiliki peran penting dalam menghadapi kondisi anak alergi susu sapi dengan mengendalikan faktor penyebab alergi.
Namun hal ini tidak bisa dilakukan hanya dengan berasumsi, atau mengambil kesimpulan tanpa sebelumnya berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter terkait gejala yang terjadi pada anak.

Lakukan Tata Laksana sesuai saran dokter ahli.

Dengan tata laksana anak yang alergi susu sapi, orang tua dapat melakukannya sedini mungkin, misalnya antara lain dengan:
Berkonsultasi serta mengikuti petunjuk atau saran dokter;
Mengeliminasi bahan makanan yang mengandung susu sapi; menghindari makanan pencetus alergi dan memberikan nutrisi alternatif untuk anak alergi susu sapi.
Memberikan alternatif makanan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi;
Membaca label makanan;
Juga melakukan pemantauan pertumbuhan secara rutin.

Cerita Chacha Thaib, Mom Influencer yang memiliki anak dengan alergi susu sapi

Saya kaget dan khawatir sekali ketika mulai muncul gejala alergi pada Binar setelah minum susu sapi. Khawatir akan mempengaruhi tumbuh kembangnya jika Binar mengalami kekurangan asupan nutrisi. Hal ini karena banyak makanan dan minuman yang mengandung susu sapi, bahkan tidak kita ketahui jika kita tidak membaca komposisi label makanannya,” ungkapnya.

Saya menyadari bahwa alergi susu sapi dirasakan tidak hanya oleh anak, tapi juga orang tua dalam segi sosial maupun psikososial yang pada akhirnya sebagai ibu pasti mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Penting bagi ibu untuk memperbanyak referensi dari sumber terpercaya tentang alergi susu sapi dan selalu mengikuti anjuran dari dokter bisa berpotensi stunting jika tidak segera ditangani. Untuk itu, langkah pertama yang saya lakukan adalah langsung berkonsultasi ke dokter.

Dalam rangka memperingati Allergy Awareness Week 2023, Danone SN Indonesia menggelar webinar pada tanggal  31 Mei 2023, yang menghadirkan nara sumber Dr. dr. Zahrah Hikmah, SpA(K) – Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi; Chacha Thaib (Mom Influencer), dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A (Dokter Spesialis Anak, Founder Tentang Anak Official sebagai Moderator.

Inisiatif Danone SN Indonesia mengedukasi orang tua untuk meningkatkan kesadaran tentang mengoptimalkan tumbuh kembang anak

Dalam Sambutan Pembuka Webinar yang diikuti oleh media, jurnalis, komunitas, dan blogger, Corporate Communications Director Danone SN Indonesia Arif Mujahidin menyatakan bahwa, “Webinar ini untuk mengedukasi orang tua demi meningkatkan pemahaman dan wawasan mereka tentang risiko alergi, khususnya alergi susu sapi yang dalam jangka panjang memiliki potensi menyebabkan stunting.

Salah satu fokus kami adalah untuk turut serta menjawab tantangan pemenuhan nutrisi yang dihadapi ibu dan anak termasuk yang berkaitan dengan tumbuh kembang dan stunting.”

Sebagai perusahaan yang berkecimpung di bidang nutrisi untuk anak, Danone Specialized Nutrition Indonesia ingin terus berkontribusi melalui berbagai
inisiatif dan kerja sama dengan banyak pihak termasuk pemerintah, pakar kesehatan, dan organisasi lain yang memiliki tujuan yang sama.

Demikian, agar lebih banyak Moms dan Dads yang tahu, jangan lupa share post ini ke teman dan kerabat ya.
.
Selengkapnya bisa disimak di kanal YouTube Nutrisi Bangsa

Salam Sehat Sekeluarga

Indria Salim

Si Kecil Alergi Makanan? Ini Penjelasan dari Dokter dan Psikolog Terkait Peran Serat dan Saluran Cerna Anak

Webinar “Bicara Gizi” yang dihelat oleh Danone Specialist Nutrition Indonesia (23/08/2022)

Kebanyakan dari kita, termasuk saya mungkin mengetahui bahwa sayur dan buah itu termasuk makanan yang mengandung banyak serat, yang berguna bagi kelancaran pencernaan dan mencegah risiko sembelit. Ternyata, ada masih banyak lagi fungsi serat, salah satunya dalam menangani alergi pada anak.
Ini artinya apa?

Asupan serat itu penting dikonsumsi sejak anak berusia dini — anak di atas usia 1 tahun sampai 4 tahun yang merupakan bagian dari golden period tumbuh kembang anak, masa ketika anak membutuhkan konsumsi serat yang cukup sebagai salah satu golden nutrition atau nutrisi penting bagi tubuh.

Penting kita pahami bahwa saluran cerna merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh si Kecil yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan, daya tahan tubuh, dan kesehatan si Kecil secara keseluruhan, sehingga menjadi sistem perlindungan terdepan sekaligus cermin kesehatan anak.

Dengan memiliki saluran cerna yang sehat maka sistem kekebalan tubuh anak akan baik dan dapat terhindar dari gangguan kesehatan, termasuk memengaruhi kejadian alergi pada anak.

Gejala Alergi Makanan

Pentingnya Serat Terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Alergi pada Anak

Dalam webinar Bicara Gizi bertajuk Peran Serat Terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Alergi pada Anak yang diadakan oleh Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia, Selasa (23/8/2022), Dokter Endah Citraresmi, Sp.A(K) — Spesialis Anak, Konsultan Alergi Imunologi memaparkan tentang pentingnya peran serat bagi kesehatan saluran cerna, dan mengurangi risiko alergi pada anak.

Saluran pencernaan merupakan tempat tinggal triliunan mikrobiota. Dikatakannya, mikrobiota tersebut ada yang memiliki manfaat kesehatan namun ada pula yang justru mencetuskan berbagai macam gangguan kesehatan.

Dokter Endah menjelaskan bahwa ada bakteri baik, misalnya Bifidobacteria dan Lactobacilli karena memiliki manfaat kesehatan. Ada juga bakteri patogen, dan ini yang menyebabkan sakit atau infeksi.

Alergi Makanan pada Anak
Ketidakseimbangan komposisi dan fungsi mikrobiota saluran cerna (kondisi disbiosis) ada kaitannya dengan kejadian alergi pada anak.

Anak dengan alergi memiliki jumlah dan keberagaman mikrobiota saluran cerna yang lebih sedikit, dibandingkan anak yang tidak menderita alergi.

Masalah Nutrisi pada Anak Alergi Makanan

Maka, penting untuk mengembalikan keseimbangan komposisi dan fungsi mikrobiota saluran cerna. Salah satunya, dengan mengonsumsi serat yang cukup.
Makanan bagi bakteri baik ini disebut prebiotik, yang didapat dari makanan mengandung tinggi serat.

Pengaruh gaya hidup modern, makanan mengandung tinggi lemak namun rendah serat

Prebiotik, yang bisa didapatkan dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian, serta kacang-kacangan bagus
untuk membantu pertumbuhan dan kelangsungan hidup probiotik, atau bakteri baik di saluran pencernaan.

Nah, menurut dokter Endah Citraresmi, Sp.A(K), alergi makanan merupakan salah satu jenis alergi yang paling sering ditemukan pada anak, terutama semasa usia bayi.

Jenis Alergi, Gejala, dan Tata Laksana Penanganannya

Jenis alergi ini juga ada yang melalui mekanisme antibodi IgE, non-IgE, dan campuran.

“Ternyata gejalanya (alergi makanan) sangat dipengaruhi oleh mekanismenya. Kalau yang diperantarai antibodi IgE reaksinya cepat, setelah makan langsung terjadi gejala,” ungkap dokter Endah.

Dokter Endah menjelaskan bahwa gejala alergi makanan reaksi tipe cepat, di antaranya yaitu
munculnya bentol di seluruh badan dan bengkak di kulit; muntah; sakit perut;
gatal di rongga mulut; pilek mendadak; batuk; sesak napas; dan mengi mendadak.

“Pada kondisi alergi yang tidak diperantarai IgE, reaksinya muncul lebih lama, bahkan ada yang sampai 2-3 hari,” dokter Endah menambahkan.

Pengalaman Seorang Ibu dengan Anak Alergi Makanan

Gejala alergi makanan yang tidak diperantarai IgE dapat berupa eksim di kulit; diare; muntah beberapa jam setelah mengonsumsi makanan; dan BAB berdarah.

Penyebab alergi makanan, kata Endah, umumnya diakibatkan makanan dengan kandungan protein, yang paling banyak terjadi di Indonesia yaitu alergi susu sapi, telur, kacang tanah, kedelai, dan gandum.

Makin bertambah usia anak, biasanya muncul alergi terhadap makanan lain seperti seafood.

Pada alergi makanan yang diperantarai IgE, diagnosisnya dapat menggunakan skin prick test, IgE spesifik (pemeriksaan darah), atau food challege (provokasi makanan). Sementara, pada alergi makanan yang tidak diperantarai IgE hanya menggunakan food challenge saja.

Gejala alergi bisa sangat berat, yaitu anafilaksis. Anafilaksis ini melibatkan berbagai organ dan bahkan bisa menimbulkan kematian.

Tata Laksana Alergi Makanan

Dikatakan oleh dr Endah, alergi sebenarnya bisa terjadi sejak masa bayi. Pada alergi makanan, umumnya paling sering terjadi sebelum usia dua tahun.

Dokter Endah juga menjelaskan tentang sejumlah hal yang perlu dilakukan yakni sebagai tata laksana alergi makanan, yaitu:

1. Menghindari makanan penyebab alergi
Anak akan dipantang makanan tertentu, dan harus berdasarkan diagnosis yang benar. Bagi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, ibunya yang harus menghindari makanan pemicu alergi.

2. Memilih makanan pengganti
“Penting sekali memilih makanan pengganti karena ternyata banyak alergi makanan terhadap makanan yang penting untuk nutrisi, ada yang alergi susu, alergi telur, alergi kacang, alergi kedelai,” katanya.

Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memilih makanan pengganti yang tepat diikuti konsultasi dengan ahli gizi terkait pemenuhan nutrisi untuk anak dengan alergi.

Kebutuhan Nutrisi Bayi dan Anak

Fungsi Serat pada Saluran Cerna Bisa Mengurangi Risiko Alergi Anak

Saluran cerna yang sehat membuat sistem kekebalan tubuh anak lebih baik dan dapat terhindar dari gangguan kesehatan, termasuk memengaruhi kejadian alergi pada anak. Untuk mengoptimalisasi kesehatan saluran pencernaan khususnya anak di atas 1 tahun yang merupakan bagian golden period, dibutuhkan konsumsi serat yang mencukupi.

Dokter Endah menegaskan, bahwa selain membantu mengoptimalisasi kesehatan saluran cerna, asupan serat yang cukup dapat memengaruhi gangguan kesehatan, salah satunya alergi pada anak.

Maka yang harus mendapat perhatian adalah bagaimana kita bisa mencegah agar angka alergi makanan tidak sebesar yang di luar negeri. Ini khususnya  berkaitan erat dengan ‘pola makan westernisasi’, yang pada umumnya tinggi kandungan lemak namun rendah serat.


Oktavia Sari Wijayanti, seorang ibu dengan anak alergi berbagi pengalaman dalam webinar “Bicara Gizi” ini. Ia mengajak orangtua yang memiliki masalah yang sama dengannya, agar tetap semangat, sabar, jangan stress, perbaiki makanan, berjuang bareng anak agar Si kecil tetap sehat, dan bertumbuh secara optimal.

Kondisi Alergi pada Anak Berpotensi Menimbulkan Dampak Fisik dan Psikologis

Tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Namun orangtua perlu terus belajar.
Orangtua perlu belajar tentang pengetahuan dan cara memberikan makanan sehat, dan mempraktikkan pola hidup secara lebih alami.
Orangtua sebaiknya bisa menciptakan suasana hangat di rumah, agar anak tidak merasa cemas dan selalu aman. 

Narasumber yang juga hadir dalam webinar adalah Psikolog dan Penulis buku, Anastasia Satriyo M.Psi., Psi.

Orangtua perlu berlatih dan belajar mengelola emosinya, dan membantu anak mengenali emosinya

Menurut Anastasia, sebuah temuan dari  penelitian mengungkapkan bahwa anak yang alergi lebih rentan mengalami kecemasan. Dalam aspek perkembangan anak, gangguan alergi akan bisa berdampak pada fisik, sosial, dan kognitifnya.

Secara psikologis, anak-anak dengan kondisi alergi bisa mengalami gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif dan lemas. Akibatnya, anak akan cenderung kurang percaya diri saat bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungannya.

Anak menjadi cemas dan khawatir soal apa yang boleh dan tidak boleh dimakan, dan adalahnyaa akan lebih banyak ketika dia keluar rumah.

Dampak Psikologis Alergi pada Anak

Alergi pada anak berpengaruh pada psikologis orangtua

“Anak yang lahir dengan isu alergi, pasti orang tuanya lebih cemas dan itu menjadi aksi-reaksi pada anak,” ujarnya.

Anastasia menjelaskan bahwa dampak psikologis dari alergi sering kali membuat orangtua mengkhawatirkannya bahkan menjadi cemas. Kondisi ini, terkadang lebih serius daripada alergi itu sendiri.

Hal itu terungkap dalam sebuah penelitian yang menunjukkan, sebanyak 41 persen orangtua yang memiliki anak dengan kondisi alergi, melaporkan dampak signifikan pada tingkat stres mereka.

Untuk mengatasinya, Anastasia mengatakan penting bagi orangtua agar tidak panik saat reaksi alergi pada anak muncul.

Saat Si kecil mengalami alergi, maka orangtua sebaiknya memprioritaskan pemulihan fisik anak lebih dahulu, baru kemudian emosinya. — walaupun terkadang itu bisa dilakukan bersamaan.

Para orangtua juga perlu menciptakan suasana hangat yang mampu memberikan rasa aman secara emosi pada anak.

Dia menekankan, reaksi alergi yang memengaruhi emosional anak bisa lebih terpengaruh lagi dari bagaimana cara orangtua mengelola emosi dan meresponsnya.

“Kecemasan tinggi yang tidak dikelola dengan baik, belum tahu cara mengelolanya, atau belum mencari bantuan profesional bisa berkembang ke arah generelized anxiety disorder (gangguan kecemasan), tapi ini masih bisa dipulihkan,” ucap Anastasia.

Maka, koneksi dengan anak, misalnya dengan mengajaknya bermain itu akan membuat anak merasa disayang, ditemani, diinginkan, dan berharga bagi orangtuanya. Orangtua perlu memahami bahasa cinta anak, salah satunya adalah bermain.

Di sisi lain, orangtua bisa melakukan perawatan atau selfcare emosi dengan melakukan hal-hal yang disukai termasuk olahraga,  sehingga dapat berinteraksi dengan hangat ke anak.

Pengalaman Seorang Ibu dengan Anak Alergi Makanan

Oktavia Sari Wijayanti, seorang ibu dengan anak alergi berbagi pengalaman dalam webinar “Bicara Gizi” ini. Ia mengajak orangtua yang memiliki masalah yang sama dengannya, agar tetap semangat, sabar, jangan stress, perbaiki makanan, berjuang bareng anak agar Si kecil tetap sehat, dan bertumbuh secara optimal.

Arif Mujahidin, Corporate Communication Danone SN Indonesia berpose bersama tiga narasumber

Corporate Communication Director Danone SN Indonesia, Arif Mujahidin menyatakan, “Kehebatan seorang anak perlu dibangun sejak masa golden period-nya dengan memberikan dukungan golden nutrition  sehingga dapat mendukung kesehatan holistik dan tumbuh kembang optimal anak, termasuk anak berkondisi alergi.”

“Melalui berbagai inisiatif dan inovasi yang kami lakukan, diharapkan akan semakin banyak anak Indonesia yang dapat tumbuh menjadi Anak Hebat yakni anak yang cerdas emosi, cerdas sosial, cerdas intelektual, serta sehat fisik,” Direktur Arif Mujahidin menutup kata sambutannya.

Kegiatan Bicara Gizi yang diselenggarakan oleh Danone SN Indonesia ini bertujuan agar masyarakat menjadi lebih memahami tentang pentingnya peran serat bagi kesehatan saluran cerna, dan mengurangi risiko alergi pada anak.

Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia adalah bagian dari Danone Global yang fokus dalam penyediaan nutrisi di Indonesia untuk praktik konsumsi makanan dan minuman yang lebih berkelanjutan, serta mendorong Indonesia yang lebih sehat. Danone SN Indonesia berfokus pada komitmen untuk menyediakan nutrisi untuk setiap tahapan penting kehidupan, terutama untuk 3.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Sumber: Webinar “Bicara Gizi 2022”, Danone Specialized Nutrition Indonesia, 23 Agustus 2022

Webinar Danone Indonesia SN Memperingati Hari Keluarga Nasional 2022 Bertema “Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi”

Saat ini adalah masa transisi dari pandemi yang berlangsung sekitar dua tahun terakhir ini. Meskipun pemerintah dan sebagian negara-negara di seluruh dunia sudah melonggarkan peraturan pembatasan, khususnya pemerintah Indonesia menghimbau agar masyarakat sebaiknya tetap waspada dan menjaga diri.

Sebagian kegiatan sosial, dan kegiatan lainnya termasuk kegiatan anak sekolah sudah mulai diadakan secara luring. Ini mulai dari PAUD, SD, sampai Universitas.

Pada praktiknya, perubahan pola kegiatan ini tidak sesederhana itu. Anak-anak batita sampai usia sekolah dasar banyak yang terdampak oleh masa pandemi, baik fisik dan sosial. Mereka mengalami masalah kesehatan yang mempengaruhi emosional, mental, dan tumbuh kembangnya.

Ambil contoh di kompleks tempat tinggal saya, yang komposisi warganya cukup banyak keluarga muda dengan bayi, batita, balita, dan anak-anak usia SD. Yang masih bayi kini mulai diajak jalan-jalan keliling kompleks, sebelumnya mereka sejak lahir memang tidak pernah dibawa keluar rumah. Nah yang dulunya bayi ceria dan mudah diajak ngobrol, kini mereka jadi malu dan tidak responsif saat disapa tetangga. Ada yang malah nggak mau keluar rumah, “takut ketemu orang!” keluh Ibu dan neneknya.

Anak-anak ini kehilangan tingkat interaksi yang merupakan tonggak penting bagi perkembangan sosial emosionalnya. Pada masa inilah orangtua maupun anak mulai perlu lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial, dan ini kalau tidak disadari oleh orangtua, dapat mengakibatkan tumbuh kembang anak secara komprehensif terhambat.

Mau tidak mau, keluarga sebaiknya dapat merespon secara memadai terhadap perubahan yang diperlukan dan menguatkan fungsi-fungsi keluarga agar mampu menghadapi situasi yang tidak diinginkan.

Maka pada momen yang tepat yaitu Hari Keluarga Nasional 2022 yang jatuh pada tanggal 29 Juni, Danone Indonesia menyelenggarakan kegiatan webinar yang mengangkat tema “Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi”. Hadir sebagai pembicara dalam webinar ini, yaitu dr. Irma Ardiana, MAPS Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH, dan Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri.

Sambutan Danone SN Indonesia

Dalam sambutannya, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan, “Momen transisi menjadi kesempatan baik untuk mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, utamanya dalam perkembangan sosial emosionalnya. Anak usia dini pada dasarnya rentan karena mereka bergantung pada orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan paling dasarnya. Kami memahami bahwa anak membutuhkan lingkungan terdekatnya untuk merangsang dan memberikan kesempatan tumbuh kembang yang optimal.”

Arif menambahkan, “Sebagai perusahaan yang ramah keluarga, kami juga memberikan dukungan kepada para orangtua agar si Kecil dapat tumbuh optimal melalui pemberian cuti melahirkan bagi karyawan kami yakni cuti 6 bulan bagi ibu dan 10 hari bagi ayah. Kami juga secara aktif memberikan edukasi seputar kesehatan dan nutrisi untuk publik seperti halnya dalam Bicara Gizi hari ini. Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kolaborasi orangtua untuk dapat memberikan stimulus yang tepat agar mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aspek sosial emosional anak.”

Pola Asuh, Percepatan Penurunan Stunting, dan MasaTransisi

Survei BKKBN tentang Pola Asuh
Survei BKKBN mengungkapkan bahwa selama pandemi COVID-19, 71,5% pasangan suami istri telah melakukan pola asuh kolaboratif, 21,7% mengatakan istri dominan, dan 5,8% hanya istri saja. Sementara itu data UNICEF menyebutkan bahwa selama pandemi orang tua mengalami tingkat stress dan depresi yang lebih tinggi, serta menilai pengasuhan anak di rumah saja memiliki risiko tersendiri.

Credit: SS salindia dr. Irma Ardiana, MAPS

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) –dr. Irma Ardiana, MAPS menjelaskan bahwa gaya pengasuhan memengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Pengasuhan bersama menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif untuk pengambilan keputusan dan pembagian peran keluarga.

Penerapan Pola Pengasuhan Kolaboratif

Kartu Kembang Anak Tersedia Online |Sumber: salindia dr. Irma Ardiana, MAPS

Menurut dr. Irma Ardiana, MAPS, Penerapan pola pengasuhan kolaboratif ibu dan ayah menentukan ketahanan keluarga. Ini adalah konsep keluarga ideal. Ada konsep yang lain misalnya bila anak bersama orang lain (dengan pengasuhan nenek, atau pengasuh lainnya).
Dalam masa transisi, jalur komunikasi dibangun antara anak dan wali/ pengasuh. Bagaimanapun, pola asuh perlu menyesuaikan zamannya.

“Pengasuhan bersama antara ayah dan ibu menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak mereka. Peran orang tua yang tepat dalam memberikan dorongan, dukungan, nutrisi, dan akses ke aktivitas untuk membantu anak memenuhi milestone aspek perkembangan merupakan hal yang penting.”

dr. Irma Ardiana, MAPS menyatakan, bahwa terkait percepatan penurunan stunting, pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sungguh penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan psiko-sosial sejak janin sampai dengan anak usia 23 bulan. Maka menurutnya peran Tim Pendamping Keluarga itu krusial demi mendampingi keluarga berisiko stunting dalam pemberian informasi pengasuhan di Bina Keluarga Balita.
“Pola asuh yang tepat dari orangtua dinilai mampu membentuk anak yang hebat dan berkualitas di masa depan.”

Perkembangan Otak Anak Sejak dalam Kandungan dan Setelah Lahir

Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH menjelaskan bahwa aspek sosial dan emosional sangat penting bagi anak untuk mencapai semua aspek kehidupannya dan bersaing di fase kehidupan selanjutnya dimulai dari remaja hingga lanjut usia. Maka penting bagi orangtua untuk memiliki pemahaman yang baik mengenai perkembangan sosial emosional anak, khususnya di masa transisi pasca pandemi saat ini.

Perkembangan Otak Anak | Salindia Dr.dr. Bernie

“Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial-emosional yang dampaknya bisa berbeda tergantung dengan usia anak dan dukungan dari lingkungannya. Gangguan perkembangan emosi dan sosial dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan di masa dewasa, seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular.”

Pola Asuh dalam Keluarga

Setiap keluarga terapkan pola asuh berbeda |Salindia Dr.dr.Bernie
Pola Asuh dalam Keluarga |Salindia Dr.dr. Bernie

Kiat Menghadapi Masa Transisi bagi Si Kecil

Sementara itu Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 — Cici Desri membagi pengalamannya saat mempersiapkan si Kecil menghadapi transisi untuk kembali berinteraksi dengan lingkungan sosial. “Setelah menjalani pembatasan sosial selama hampir dua tahun, saya melihat ada banyak tantangan yang dihadapi si Kecil untuk kembali bersosialisasi dengan dunia luar.”


Cici mengakui bahwa proses adaptasi itu tidak selalu berjalan dengan mudah. Ini misalnya mulai dari kekagetan si Kecil yang bertemu dengan banyak orang baru, beraktivitas dan berinteraksi dengan banyak orang membuat si kecil kadang juga menjadi frustasi. Dalam menghadapinya hal, Cici dan suami mengambil bagian dalam pengasuhan, sambil memperkuat keterlibatan dengan anak terlebih pada fase transisi saat ini.

Dokter Bernie juga menjelaskan tentang fakta bahwa perkembangan emosi dan sosial berkaitan erat dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat. Ketiganya saling terkait dan berpengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak agar anak dapat tumbuh menjadi anak hebat.
“Agar anak-anak dapat beradaptasi kembali dengan normal, memiliki keterampilan sosial-emosional yang memadai, serta memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat.” ungkap dr. Bernie.

Credit: Salindia Dr.dr. Bernie

Kiat Menghadapi Masa Transisi bagi Anak

Selanjutnya, Cici dan suami sebagai orangtua, mendorong anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal sehingga mereka dapat mengetahui apa yang dirasakan si Kecil secara emosional. Selain itu ia juga menghubungi guru dan staf terkait lainnya di sekolah si Kecil untuk memantau cara si Kecil mengatasi dan mengikuti tugas atau kegiatan. Ia juga berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang untuk mengetahui lebih jauh upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil.

“Kami memahami bahwa fase membangun hubungan baru merupakan sebuah keterampilan. Si Kecil dapat menguasainya dengan dukungan yang tepat, terutama dari keluarga. Melalui interaksi sosial secara tatap muka langsung, si Kecil mampu menumbuhkan rasa kepercayaan baru dan merasakan kenyamanan berada di lingkungan barunya. Dengan begitu, saya yakin si Kecil bisa tumbuh menjadi anak hebat yang pintar, berani, dan memiliki empati tinggi,” tutup Cici.

Tentang Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia

Danone SN Indonesia adalah bagian dari Danone Global yang fokus dalam penyediaan nutrisi di Indonesia untuk praktik konsumsi makanan dan minuman yang lebih berkelanjutan, serta mendorong Indonesia yang lebih sehat. Danone SN Indonesia berfokus pada komitmen untuk menyediakan nutrisi untuk setiap tahapan penting kehidupan, terutama untuk 3.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Danone SN Indonesia juga melakukan upaya mengatasi masalah kesehatan melalui berbagai kegiatan edukasi dan kolaborasi, tentang pentingnya kesehatan dan gizi, antara lain: Program Bicara Gizi, Program Pencegahan Stunting, Isi Piringku, Bunda Mengajar, dan Rumah Bunda Sehat. 

Danone SN Indonesia dalam fokus dan  komitmennya terhadap visi 2025, terus berupaya memberdayakan sekaligus mengedukasi masyarakat melalui program-program untuk mengembangkan kesehatan dan gizi, mengoptimalkan pendidikan anak usia dini, mengembangkan ekonomi lokal, dan memperjuangkan kesetaraan — misalnya Program Generasi Sehat Indonesia (GESID), Taman Pintar, Bunda Mengajar dan Duta 1000 Pelangi.

Memahami Faktor Risiko dan Deteksi Dini Kelahiran Prematur Itu Penting

Menurut riset oleh World Health Organization (WHO), 1 dari 10 anak lahir prematur.
Setiap tahun diperkirakan 15 juta anak di seluruh dunia lahir sebelum waktunya (lebih dari 3 minggu sebelumnya).

Danone SN Indonesia mengadakan acara Bicara Gizi dengan Tema “Tantangan dan Penanganan Kesehatan bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur”

Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2019, 84% kematian pada anak yang baru lahir disebabkan oleh kelahiran prematur.

Semakin pendek masa kehamilan, semakin besar risiko kematian dan morbiditas. Anak yang lahir secara prematur memiliki risiko lebih tinggi lahir dengan masalah kesehatan serius dan jangka panjang.

Urgensi pertumbuhan anak lahir prematur salah satunya adalah menerima perhatian dan stimulasi untuk perkembangan jangka panjang.

Selain si Kecil, Ibu juga perlu mendapatkan perhatian untuk memulihkan diri.
Ibu yang melahirkan prematur rentan khawatir berlebih, stres, dan kelelahan karena
perhatian ekstranya bagi Si Kecil.
.
Pemahaman mengenai tantangan dan penanganan kesehatan kelahiran prematur bagi Ibu dan si Kecil sebagai langkah intervensi tepat bagi
keduanya untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil agar optimal.

Maka bertepatan dengan Hari Prematur Sedunia, 17 November 2021, Danone Specialized Nutrition Indonesia memperingatinya dengan menyelenggarakan acara Bicara Gizi, dengan tema “Tantangan dan Penanganan Kesehatan bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur”.

Pembicaranya yaitu
Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) – Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal dan Dr.dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K) – Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi.
.
Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan bahwa sesuai dengan tema Hari Prematur Sedunia tahun ini yaitu Zero Separation, ACT NOW!
Danone SN Indonesia menyelenggarakan Bicara Gizi sebagai bentuk langkah Danone SN Indonesia untuk memberikan edukasi tentang pencegahan dan penanganan kesehatan bagi Ibu dan anak kelahiran prematur.
.

Faktor Risiko Kelahiran Preterm (Sumber: Salindia Dr.dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K)

Dr.dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) di awal pemaparannya menegaskan istilah yang dipakainya, yaitu preterm atau kelahiran sebelum usia 37 minggu lengkap.

Kelahiran preterm dapat menimbulkan berbagai komplikasi jangka pendek dan panjang pada ibu dan bayi yang dilahirkan.

Masalah yang kerap terjadi pada bayi preterm di antaranya adalah masalah pernapasan (sindrom distres pernapasan), gangguan minum, infeksi dan perdarahan otak. Selain itu, risiko tinggi gangguan perkembangan psikologis, perilaku dan emosional juga ditemukan pada anak yang lahir preterm.

Penyebab kelahiran preterm bersifat multifaktor, di antaranya adalah proses peradangan (inflamasi) dan status nutrisi ibu yang buruk.

Malnutrisi, baik kelebihan atau kekurangan zat gizi, dapat menyebabkan peradangan di dalam rahim. Kekurangan asam folat, vitamin A, B12, C, D, seng, besi, tembaga dan asam lemak omega 3, terutama docosahexaenoic (DHA), selama kehamilan diketahui berkontribusi pada risiko peningkatan persalinan preterm.

Faktor Risiko Kelahiran Preterm (Dr.dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K)

Potensi yang menjadi penyebab kelahiran preterm, antara lain dari faktor
ibu  — terkait usia, misalnya, stress maternal, jumlah cairan ketuban,
nutrisi – zinc, dan kondisi kehamilan.
.
Faktor risiko dari ibu, misalnya apakah seorang ibu ybs. sebelumnya pernah melahirkan dengan cara caesar, apakah ada kejadian abortus, bagaimana dengan usia ibu yang di bawah 19 tahun, atau berusia di atas 35 tahun, bagaimana dengan jumlah cairan ketubannya — normal atau tidak, juga masalah micronutrient.

Dr. Putri Maharani memberikan pemaparan tentang “Dampak Kelahiran Prematur dan Intervensi yang Tepat”.
.
Dijelaskan olehnya, penyebab kematian neonatal, juga tujuan penanganan bayi prematur.

Lebih lanjut, Dr. Putri Maharani mengingatkan pentingnya orangtua
mempersiapkan generasi berkualitas.
Dalam hal perawatan dan penanganan bayi kelahiran prematur, menurutnya tiap rumah sakit memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Semakin besar kapasitas rumah sakit, fasilitasnya semakin lengkap.
.
Risiko Bayi Prematur
Berdasarkan kelompok usia kehamilan
32 minggu, antara lain:
1. Masalah mata, bahkan sampai kebutaan
2. Gangguan pendengaran
3. Gangguan tingkah laku
4. Tantrum
5. Kesulitan makan
.
Dr. Putri Maharani lebih jauh menjelaskan hal-hal utama yang harus selalu dipantau dalam pertumbuhan bayi kelahiran prematur, yaitu kenaikan berat badan, pertumbuhan lingkar kepala, dan panjang badan.
Kalau sampai pertumbuhan tidak terkejar, maka Si Kecil mengalami gagal tumbuh, dan pada jangka panjang badan anak tetap kecil – ini merupakan gejala stunting.

Maka pemantauan rutin itu penting.
Karena Si Kecil lahir prematur, dia harus mendapatkan perawatan ideal, agar semua pertumbuhan sesuai dengan usianya.
.
Tujuan Penanganan Bayi Lahir Prematur
Kita tidak tahu akan seperti apa bayi kita kelak. Maka sejak lahir orangtua sebaiknya memberikan penanganan optimal bagi Si Kecil. Bila perlu, orangtua
mencari tempat yang ada rujukan intracare, penanganan di RS yang sama  dengan bayi itu lahir.

Dr. Putri Maharani juga menjelaskan tentang Developmental Care, suatu metode untuk memaksimalkan tumbuh kembang bayi prematur. Bayi prematur mempunyai kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuh, seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan saluran pencernaan. Orangtua dan tenaga kesehatan perlu berupaya meminimalkan dampak negatif selama perawatan bayi yang lahir prematur melalui metode Developmental Care.

Jadi yang harus dipahami oleh orangtua, penanganan awal itu sangat menentukan.
Contoh akibat penanganan yang kurang optimal, paru-paru bayi prematur yang kadang belum matang, belum berfungsi dengan baik — menimbulkan risiko broncho.

Apakah NICU Gentle Care itu?
Survival rate ditingkatkan, baik untuk perkembangan jangka pendek, maupun jangka panjang.

Ada juga covering incubator — perawatan ini dimulai dengan ketenangan ruang perawatan, ruang gelap yang dikondisikan seperti saat bayi berada dalam kandungan.
.
Nesting
.
ASI Perah
Agar ASI yang keluar banyak, ibu hendaknya rileks, dan perah ASI dilakukan setiap 2-3 jam sekali.
Pemberian ASI penting, karena ini adalah pemberian nutrisi tepat dan terbaik bagi Si Kecil yang lahir prematur.
.
Kangaroo Mother Care
Urgensi pertumbuhan anak lahir prematur salah satunya adalah menerima perhatian dan stimulasi untuk perkembangan jangka panjang. Hal ini bisa dilakukan dengan development care, juga bagaimana menciptakan bonding time.
.
Prinsipnya, bayi prematur harus dipantau, dikontrol, dan dimonitor tumbuh kembangnya.
Inilah pentingnya pemahaman tentang tantangan dan penanganan kesehatan kelahiran prematur bagi ibu dan anak sebagai langkah dan intervensi yang tepat bagi keduanya untuk mendukung tumbuh kembang Si Kecil agar optimal.
.
Dokter Putri Maharani memberikan pemahaman tentang urgensi pertumbuhan anak yang lahir prematur, salah satunya adalah  perhatian ekstra dan stimulasi untuk perkembangan jangka panjang.

Sumber: Salindia Dr.dr.Putri Maharani TM, Sp.A(K)

Urgensi pertumbuhan anak lahir prematur salah satunya adalah menerima perhatian dan stimulasi untuk perkembangan jangka panjang. Hal ini bisa dilakukan dengan metode developmental care, juga bagaimana menciptakan bonding time.

Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) – Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal

Tidak kurang pentingnya, yaitu pemberian nutrisi tepat bagi Si Kecil yang lahir prematur.

Pemaparan oleh Dr.dr. Putri Maharani TM, Sp.A(K)

Webinar yang bermanfaat, khususnya bagi Anda yang memiliki anak lahir prematur, juga Bumil dan yang merencanakan kehamilan.
.
Agar Bunda mengetahui lebih lanjut tentang faktor tisiko dan deteksi dini kelahiran prematur, yuk kunjungi akun instagram @nutriclub_id dan website-nya https://nutriclub.co.id/
Kunjungi juga video webinarnya, di channel youtube @nutrisi_bangsa.

Pahami Pentingnya Perencanaan Persalinan dengan Tes Potensi Caesar

Webinar oleh Danone SN Indonesia
Peningkatan Angka Kelahiran dengan Metode Caesar, Global dan Nasional (Sumber: Riskesdas 2018)

Lain dulu, lain sekarang. Pun kemajuan teknologi kedokteran, khususnya terkait dengan metode persalinan bayi. Saya cuma mengingat masa kecil saya, bahwa Ibunda saya melahirkan semua anak-anaknya di rumah sakit melalui dokter dan  bidan secara alami, artinya tanpa operasi bedah caesar. Boleh dikata kami adalah generasi baby boomers.
.
Dengan berjalannya waktu, kita tahu semakin banyak saja persalinan dengan cara bedah caesar. Ada yang karena keharusan yang tidak bisa dielakkan demi keselamatan ibu dan bayi, tak kurang pula yang justru merupakan keputusan atas kemauan pasien sendiri — tentu dengan berbagai alasan dan pertimbangan.

RISKESDAS 2018 mencatat kenaikan angka kelahiran bayi di Indonesia yang melalui operasi  caesar dalam skala nasional mencapai hampir 18%. Maka kita perlu mengetahui dan memahami dengan baik, seluruh manfaat dan risiko metode persalinan ini.
.
Operasi Caesar atau ‘operasi sesar’ adalah salah satu proses persalinan atau proses mengeluarkan bayi dari rahim calon Ibu tanpa melalui jalan (liang) lahir atau vagina, melainkan dengan cara pembedahan pada perut Ibu (laparatomi) serta rahim (histerotomi) calon Ibu.
.
Nah, ini bagi sebagian awam maupun masyarakat mungkin terdengar menakutkan, atau sebaliknya menjadi keinginan. Ikhwal kehamilan, persalinan dan konsekuensi — semua itu belum tentu banyak yang tahu.

Danone SN Indonesia mengadakan kegiatan Bicara Gizi secara virtual,  dengan tema “Rencanakan Persalinan secara Matang dengan Tes Potensi Caesar”, Rabu, 27 Oktober 2021.
.
Pemaparan penting yang sungguh mencerahkan, disampaikan oleh empat pembicara, dan kata sambutan oleh Arif Mujahidin — Corporate Communications Director, Danone Indonesia.

Tujuan webinar: mengedukasi ibu hamil, memahami manfaat Tools Tes Potensi Caesar,
bagaimana menyiapkan masa pra-persalinan, dan memutuskan metode persalinan yang tepat. Maka ibu dan bayi sehat sebelum, saat, dan sesudah persalinan. (Direktur Corporate Communications, Arif Mujahidin)
.
Pemaparan oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Dr. dr. Rima Irwinda, SPOG(K) 
Setiap Ibu yang merencanakan kehamilan maupun mempersiapkan persalinan sebaiknya melakukan deteksi dini apakah memiliki faktor risiko ibu yang dapat menyebabkan kehamilan berisiko tinggi dan memengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin, atau keduanya.

Contoh kasus yang memerlukan metode Caesar

Berbagai risiko yang bisa muncul dalam operasi caesar, menurut Dr. Rima, antara lain:

Risiko kematian dari persalinan dengan C-section adalah 13 per 100 ribu. Ini lebih tinggi daripada persalinan normal, yaitu 3,5 per 100 ribu. Risiko lain, yaitu
Infeksi luka operasi;
Pendarahan;
Perlukaan organ sekitar;
Perlekatan setelah operasi;
Komplikasi akibat anestesi;
Bekuan darah yang menyumbat paru; juga
Risiko yang terjadi pada sang bayi, yaitu kesulitan bernapas sementara neonates sehingga membutuhkan observasi atau tambahan oksigen dari luar.

Risiko Kelahiran Caesar

Metode kelahiran akan berpengaruh pada kesehatan si Kecil.
Dokter Rima menyarankan para calon ibu untuk melakukan Tes Potensi Caesar 2.0 by Nutriclub sebelum persalinan. Tes ini mudah, bisa dijawab dalam 2 menit saja. Tes bisa dilakukan pada trimester pertama, trimester kedua, juga saat sudah akhir trimester ketiga.

Pemaparan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi dr. Molly D. Oktarina, SpA(K)
Dokter Molly menjelaskan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan, dan risiko metode kelahiran Caesar.
Menurutnya  salah satu faktor risiko C-Section adalah gangguan keseimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran pencernaan si Kecil.
.
Mikrobiota yang sehat merupakan aspek penting dalam menjaga daya tahan tubuh bayi/ anak.

“Pola kolonisasi berbeda menurut usia bayi,
sampai rentang usia 2-3 tahun akan menetap sampai kita dewasa,” jelas dr. Molly

Lantas apa saja faktor yang mempengaruhi kolonisasi?
Pada masa hamil, faktor itu antara lain adalah kesehatan ibu hamil. Pada saat proses kelahiran, apakah itu per vaginam, atau operasi caesar. Lalu  pasca bayi sudah lahir,  faktor yang mempengaruhi antara lain asupan gizi, polutan, dan ada tidaknya infeksi pada bayi.

Pemaparan dr. Molly secara grafis terkait sinbiotik

Memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif oleh ibu, ideal untuk
mengoptimalkan sistem daya tahan tubuh anak kelahiran Caesar.

Sumber: Salindia dr. Molly D. Oktarina, SpA(K)

Untuk memudahkan para calon ibu dalam melakukan deteksi dini potensi caesar, Danone SN Indonesia melalui Nutriclub meluncurkan Tes Potensi Caesar 2.0.

https://bit.ly/3jEecyh
Tes Potensi Caesar 2.0 by Nutriclub — Praktis dan Akurat

Tools digital ini merupakan pengembangan dari Tes Potensi Caesar yang diluncurkan pada tahun 2020. Tes ini berfungsi sebagai deteksi dini untuk mengawal kehamilan berisiko tinggi, sangat praktis  ilmiah, akurat dan cepat.
.
Hasil tes ini sudah dipersonalisasi sesuai dengan kondisi yang sedang dialami Ibu, sehingga dapat dipakai sebagai rujukan awal saat berkonsultasi dengan dokter/ nakes.
.
Para ibu yang ingin mencoba Tes Potensi Caesar 2.0 by Nutriclub, berikut ini linknya:
https://bit.ly/2ZOZhKv
.

Peserta webinar mengajukan berbagai pertanyaan menarik berdasarkan pengalaman, ataupun hal yang ingin mereka ketahui. Di antaranya yaitu:

tentang kelahiran anak kedua, bila anak pertama dilahirkan secara caesar;

Tentang perbedaan antara operasi caesar ‘biasa’ dengan ERAC (Enhanced Recovery After Caesarian). ERAC adalah teknik baru dalam  operasi caesar yang mempercepat proses penyembuhan. Menurut Dr. Rima
proses pembedahan sama dengan C-section biasa. Perbedaanya dalam hal anastesi. Pada ERAC, dosisnya dilakukan modifikasi sedemikian rupa sehingga pasien bisa lebih cepat melakukan mobilisasi — makan juga lebih cepat dan dua hari sesudah melahirkan, pasien bisa pulang.

Berapa lama jarak aman bagi ibu bisa hamil lagi setelah sebelumnya melahirkan secara caesar. Dokter Rima mengatakan, “Jarak antar kelahiran yang direkomendasikan itu minimal 18 bulan. Meskipun begitu, ada juga yang kurang dari 18 bulan, tapi harus dipastikan bahwa kondisi ibu baik —
saat hamil tercukupi higien, nutrisi dan asupannya.

Bagaimana ibu penderita diabetes menghadapi kehamilan; dan sebagainya.

Dokter Molly memberikan penjelasan atas pertanyaan ini. Menurutnya, pada kondisi ibu hamil dengan komorbid diabetes, maka hal ini berisiko juga pada janin, proses kematangan janin lebih lambat, risiko saat kelahiran (misalnya gangguan elektrolit pada anak). Komorbid lain misalnya hipertensi. Maka hipertensi maupun diabetes melitus (DM) harus dikontrol, juga usaha untuk mengubah pola hidup, pola makan — intinya solusinya tidak cukup dengan obat semata.

Untuk itu, selengkapnya silakan menyimak video webinarnya di channel @nutrisibangsa di Youtube: https://bit.ly/3BdsxrC

Penutup

1) Tingginya jumlah prevalensi caesar perlu diimbangi dengan pengetahuan risiko dan manfaat metode persalinan.
2) Perencanaan dan persiapan persalinan matang bagi ibu yang merencanakan kehamilan maupun persalinan itu penting.

Tiap metode punya faktor risiko masing-masing.
Dengan pemahaman yang baik tentang potensi caesar, ibu akan lebih siap menghadapi kelahiran bayinya.
3) Yang memiliki potensi Caesar tidak perlu khawatir, konsultasikan semua dengan pemantauan oleh ahli (dokter, bidan, dll.)

Salam Sehat!

Indria Salim

Danone Specialized Nutrition Indonesia Adakan Webinar “Pentingnya Dukungan Nutrisi Optimal Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan”

Ikuti info terkait: https://bit.ly/3FksFZF

Kehidupan ini secara umum sebaiknya tidak kita anggap sebagai “hal yang sudah dengan sendirinya terjadi”, berlangsung mulus, alami dan otomatis.
Begitupun soal kesehatan, dan itu bahkan sejak bayi di masa prenatal, dan awal kehidupannya begitu dilahirkan.
.

Siapapun akan merasakan beratnya “roaller coaster” emosi memiliki anak, yang sejak bayi didiagnosa atau ditemukan punya gejala Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
.
Anak dengan PJB memiliki kelainan pada fungsi maupun struktur jantung. Padahal, jantung dibutuhkan untuk memompa darah supaya mengalir ke seluruh tubuh untuk membawa oksigen dan nutrisi bagi tiap sel tubuh. Meningkatnya pengeluaran energi dan asupan nutrisi yang tidak memadai membuat si Kecil mudah kelelahan, napas pendek, hingga pingsan.
.
Ketidakseimbangan energi jika tidak diatasi dengan tepat dapat menyebabkan terjadinya maltnutrisi dan gagal tumbuh. Untuk itu perlu perhatian ekstra dari orangtua dan orang-orang sekitar agar si Kecil tumbuh sehat dan kualitas hidupnya lebih baik.
.
Nah, kebayang bagaimana orang tua harus menjaga semangat berupaya agar anak atau bayi mereka tersebut tetap bisa bertumbuh kembang dengan normal?
.
Indonesia Heart Association mengungkapkan data  kasus Kelainan Jantung Bawaan (KJB) di Indonesia diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup atau 9:1000 kelahiran hidup setiap tahun.

Maka bertepatan dengan Hari Jantung Sedunia yang jatuh pada tanggal 29 September 2021, Danone Specialized Nutrition Indonesia ( Danone SN indonesia ) memperingatinya dengan Webinar, dengan topik “Pentingnya Dukungan Nutrisi Optimal Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan”
.
Webinar ini menghadirkan Dr. Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi dr. Rahmat Budi Kuswiyanto, Sp.A(K), M.Kes — saat ini berpraktik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Dr. dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K) yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Bali.
.
Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin menyampaikan pesan, sesuai dengan tema Hari Jantung Sedunia tahun — “Use Heart to Connect”, pihaknya berharap acara ini bisa menjadi penghubung informasi bagi keluarga dan kerabat agar dapat mengambil peran sebagai bagian dari support system bagi anak dengan KJB dan orangtuanya.

“Kami berkomitmen bahwa anak-anak dalam keadaan kesehatan apapun harus tetap mendapatkan asupan nutrisi yang tepat melalui makanan dan minuman agar tumbuh kembangnya optimal dan kualitas hidupnya lebih baik. Orang tua perlu mengetahui perawatan dan dukungan nutrisi tepat sesuai dengan kondisi kesehatan anak, termasuk pada anak dengan KJB,” tandas Direktur Arif Mujahidin.
.

Peran Penting Orang Tua

Pemaparan tentang PJB oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi dr. Rahmat Budi Kuswiyanto, Sp.A(K).

Dokter Rahmat mengatakan faktor risiko PJB dimulai sejak dari dalam kandungan hingga anak tersebut lahir. Oleh sebab itu setiap orangtua bisa melakukan pencegahan sejak dini dengan melakukan pemeriksaan rutin terhadap buah hatinya.

Perlu disadari bahwa orangtua memiliki peran krusial jika bayi atau anaknya didiagnosa mengalami atau menemukan tanda/ gejala PJB, di antaranya: mudah kelelahan saat beraktivitas merupakan salah satu gejala utama dari PJB. Gejala PJB lainnya, yaitu — napas cepat atau sesak napas, pertumbuhan terhambat atau berat badan sulit naik, perubahan bunyi atau letak jantung, serta kebiruan.

▪︎ Konsultasi
Saat lahir tidak semua anak dengan Kelainan Jantung Bawaan (KJB) menunjukkan gejala. Pemeriksaan saturasi oksigen pada anak baru lahir dapat menjadi pemeriksaan dalam deteksi dini penyakit jantung bawaan. Tindakan yang dilakukan jika ditemukan gejala adalah stabilisasi dan pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan umum.

▪︎ Rutin melakukan elektrokardiogram (EKG) dan ronsen dada
Kontrol rutin dilakukan sesuai anjuran untuk memantau perkembangan penyakit, diagnosis KJB, dan penentuan intervensi. Pada praktiknya, penanganan KJB disesuaikan dengan jenis kelainan dan tingkat keparahannya.Bila dianggap perlu, dokter spesialis akan melakukan echokardiografi dan kateterisasi, juga Melakukan CT-Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

▪︎ Bawa ke fasilitas kesehatan terdekat bila ada tanda dan gejala PJB

▪︎Konsultasikan ke dokter anak atau konsultan kardiologi

▪︎ Asupan nutrisi
Meski telah mendapatkan intervensi, anak dengan KJB masih mengalami tantangan kesehatan karena anak dengan KJB mengalami pertumbuhan terus menerus, memiliki komposisi tubuh yang bervariasi, dan membutuhkan energi yang memadai.

▪︎Memantau tumbuh kembang
Untuk itu, orang tua memiliki peran penting dalam deteksi dini adanya KJB dan mengoptimalkan perawatan dan intervensi bila terindikasi untuk meningkatkan usia harapan hidup dan kualitas hidup anak dengan KJB.

▪︎Memastikan anak diberi vaksinasi rutin

▪︎Memastikan kesehatan gigi dan mulut anak terjaga.

▪︎Rajin membawa anak ke dokter untuk pengobatan tuntas bila ada infeksi, misalnya Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), juga radang telinga.

▪︎Orang tua mengkondisikan agar kegiatan anak sesuai dengan perkembangan kesehatannya.

▪︎Nah ini mencakup semuanya — orang tua agar tidak panik, dan mengikuti saran dokter.

▪︎Orang tua menghadapi keadaan dengan ikhlas, ikhtiar, sabar, dan tawakal.
.


Pemaparan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Dr. dr. I Gusti Lanang Sidhiarta Sp.A(K)
Menurut Dr. Lanang, anak dengan KJB memiliki risiko signifikan atas ketidakseimbangan energi. Hal ini berpotensi menyebabkan malnutrisi.
.
Kebutuhan gizi terutama energi dan protein pada pasien KJB lebih besar dari yang direkomendasikan berdasarkan kebutuhan fisiologis, usia dan berat badan. Sementara toleransi volume cairan terbatas karena adanya disfungsi jantung.

“Terapi nutrisi pada anak dengan KJB adalah dengan memastikan kalori dan protein yang cukup untuk memfasilitasi kenaikan berat badan. Bentuk paling umum terapi nutrisi pada anak di atas 1 tahun yang mengalami KJB adalah penggunaan formula tinggi kalori sehingga mengurangi volume cairan yang diberikan,” jelasnya.

Perbaikan gizi anak dengan KJB dapat mencegah/menurunkan angka kesakitan dan kematian, mendukung tumbuh kembang yang optimal, dan memberikan angka keberhasilan operasi koreksi jantung dengan hasil yang lebih baik, serta kualitas fisik dan mental yang optimal di masa depan.
.
Pentingnya Support System dari Komunitas
Perwakilan dari Komunitas Keluarga Kelainan Jantung Bawaan (KKJB) Yuli Lestari berkisah, pada saat lahir, anaknya menyusu terputus-putus, nafas cepat, detak jantung cepat, dan berat badannya sulit naik.

“Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan, anak saya didiagnosis memiliki kelainan jantung bawaan dan harus menjalani operasi. Menyadari kondisi anak yang memerlukan perhatian ekstra, saya rajin berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung anak dan dokter gizi untuk mengejar tumbuh kembang anak. Salah satu yang ditekankan oleh dokter adalah memastikan kebutuhan nutrisi anak tercukupi,” ungkapnya.

“Gangguan gizi pada anak dengan KJB dapat menyebabkan anak sering sakit karena daya tahan tubuh menurun dan berpengaruh terhadap keberhasilan operasi jantung di kemudian hari. Oleh karena itu, saya giat mengejar status gizi baik anak saya sejak awal mengetahui bahwa anak saya mengalami penyakit jantung bawaan,” sambungnya.

Perwakilan dari Komunitas Little Heart Agustina Kurniari Kusuma menceritakan tentang harapannya agar anak-anak dengan KJB dapat tumbuh sehat dan optimal. Sebagai orang tua, dirinya harus mengoptimalkan tumbuh kembang anak apapun tantangannya.Setelah mengetahui anak memiliki KJB, dirinya bergabung dengan komunitas Little Heart untuk mendapatkan informasi sekaligus support system dari sesama pejuang tumbuh kembang anak dengan KJB.

“Kalau membayangkan harus menghadapi sendiri, saya mungkin akan menyerah dan lebih banyak stress menghadapi kondisi anak yang berbeda dan butuh penanganan khusus. Di komunitas, kami saling menguatkan dan membantu satu sama lain, baik melalui dukungan moril maupun materiil bagi yang mampu. Kami menanamkan semangat kebersamaan untuk selalu mengupayakan yang terbaik untuk jantung hati kami,” tandasnya.

Penutup
Sebenarnya penyebab PJB belum diketahui secara pasti. Namun PJB dapat dicegah bahkan sejak sebelum kehamilan, dan pada masa kehamilan.
.
Untuk itulah kita perlu mengetahui, mewaspadai, dan memahami pentingnya menghindari risiko penyakit PJB ini, sehingga buah hati penderita PJB tetap dapat tumbuh sehat.
.
Webinar sudah usai, namun Ayah dan Bunda atau siapapun yang ingin mengetahui lebih banyak tentang penjelasan kedua dokter ahli tersebut di atas, juga penuturan nara sumber yang membersamai anak-anak dengan PJB, masih bisa melihat video webinar di kanal Youtube @nutrisibangsa berikut ini:

https://bit.ly/3l5RQXD